Artikel Populer

Post Image

Kemampuan Otot dan Tulang pada Lansia

Setiap orang akan mengalami proses penuaan dan pertambahan usia yang akan berdampak terhadap sistem tubuh manusia, termasuk tulang dan otot. Sejak usia 35 tahun terjadi proses degenerasi, yaitu proses pertumbuhan tulang dan otot yang tidak sebanding dengan proses kerusakannya bahkan seiring pertambahan usia akan semakin didominasi oleh proses degenerasi dibandingkan regenerasi.

Sistem kerja otot rangka dipengaruhi oleh sistem tulang, sendi, tendon, dan ligamen. Bentuk kesegarisan tulang akan mempengaruhi kinerja otot. Perubahan bentuk tulang saat lansia seperti kifosis torakal atau postur bungkuk akan meningkatkan risiko terjadinya jatuh. Dalam suatu penelitian menunjukkan penurunan massa tulang juga mempengaruhi tingkat disabilitas seseorang, semakin menurun densitas tulang juga semakin meningkat disabilitasnya.

Massa otot menurun, berubahnya komposisi otot dari yang fast twitch (otot yang cepat berkontraksike slow switch (otot yang lambat berkontraksi) sehingga reaksi tubuh akan semakin melambat saat bergerak. Penurunan massa otot ini juga disertai dengan penurunan fungsi saraf. Penurunan massa otot ini tidak membuat berat badan menjadi turun karena massa otot diganti dengan massa lemak.  Setelah usia 46 tahun dalam sepuluh tahun terjadi penurunan kekuatan otot ekstensor dan fleksor lutut sebanyak kurang lebih 15 %, baik pada laki-laki maupun perempuan. Tirah baring atau imobilisasi juga mempengaruhi terjadinya penurunan massa otot yang tidak hanya terjadi pada lansia namun juga pada anak muda. Dalam suatu penelitian pada orang muda yang melakukan tirah baring selama 29 hari terjadi penurunan 10% kekuatan otot kuadrisep. Pada lansia, aktivitas fisik yang menurun juga akan mempercepat terjadinya proses penurunan kemampuan otot dan tulang.

Temui tim dukungan

Tim Dukungan Ahli kami terdiri dari profesional berpengalaman yang siap membantu Anda dengan solusi medis dan informasi yang Anda butuhkan.

Contact Now